Masjid Biru dan Makam Imam Bukhari, Hasil Diplomasi Soekarno Era Uni Soviet
Kamis, 6 Maret 2025 10:03 WIB
Nama Presiden Soekarno bagi umat Islam di negara Rusia memiliki arti tersendiri, beliau sangat berjasa menumbuhkan kembali spirit Islam.
***
Diplomasi disebut sebagai sarana komunikasi diantara aktor-aktornya, baik negara atau aktor internasional untuk mencapai tujuan tertentu seperti membangun kerja sama, menjaga perdamaian atau memperjuangkan kepentingan nasional (Saiman, 2019). Diplomasi bisa dilakukan melalui komunikasi resmi oleh diplomat, kepala negara, atau perwakilan suatu negara. Artikel ini mengulas seni diplomasi yang dilakukan Presiden Soekarno pada negara Uni Soviet ketika masa perseteruan ideologi antara blok barat dengan blok timur.
Pasca Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tanggal 18-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Pemerintah Indonesia menjadi pusat perhatian dunia Internasional. Keberhasilan Presiden Soekarno mengumpulkan 29 negara peserta menjadi bukti bahwa negara baru merdeka ini memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah percaturan politik global.
Saat itu wajah dunia terpolarisasi ke dalam dua kutub, antara Blok Barat yang menganut kapitalisme-demokrasi, dan Blok Timur yang berideologi sosialisme-komunisme. Dunia terpecah dalam polarisasi ideologi sangat tajam. Kita lazim mengenalnya dengan istilah Perang Dingin atau kontestasi politik antara barat melawan timur, Sudah menjadi rahasia umum kedua blok itu memperbesar pengaruh ke berbagai penjuru dunia, dengan tujuan menambah sekutu baru guna memperkuat aliansi politiknya.
Dengan terselenggaranya KAA ini wajah dunia berubah tidak lagi bersifat bipolar, tetapi memunculkan blok baru, yaitu negara-negara yang baru merdeka pasca Perang Dunia II. Umumnya negara-negara ini terletak di kawasan benua Asia Afrika yang memilih jalannya sendiri, tidak bersedia dibawah pengaruh blok barat atau blok timur.
Mereka memposisikan diri sebagai negara independen dan mandiri, serta konsisten melawan imperialisme dan kolonialisme. Artinya mereka menjadi kekuatan poros alternatif baru. Itulah kehebatan politik luar negeri Soekarno, mampu memecah hegemoni dan dominasi dua kekuatan politik global yang sedang berseteru.
Pemimpin Dunia Ketiga
Kesuksesan KAA mengangkat citra Soekarno sebagai pemimpin dunia baru, yang mewakili negara dunia ketiga dikawasan Asia-Afrika. Tentunya pengaruh besar itu mengundang perhatian dua negara super power dunia, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keduanya kemudian mengundang Soekarno untuk berkunjung ke negara mereka, dengan tujuan menjalin komunikasi politik, serta membina hubungan persahabatan.
Pada April 1961 Presiden John F. Kennedy mengundang Presiden Soekarno datang ke Amerika Serikat selama beberapa hari, dalam kunjungan itu Kennedy memberikan hadiah berupa satu helikopter jenis Sikorsky S-16 kepada Soekarno, sebagai simbol persahabatan antara Amerika Serikat dan Indonesia.
Sebagai ucapan terima kasih Presiden Soekarno pernah mengirimkan surat kepada Presiden John F. Kennedy. Surat itu sekarang tersimpan di Perpustakaan Kepresidenan JFK Library. Di dalam suratnya Soekarno menyatakan sangat berterima kasih atas hadiah helikopter itu, sangat membantu tugas kepresidenan ketika melakukan inspeksi ke daerah-daerah pedesaan di Indonesia (Majalah Historia, 2018).
Jauh sebelum Amerika Serikat mengundang Soekarno, pemimpin Uni Soviet, Perdana Mentri Nikita Khrushchev, pada tahun 1956 sudah terlebih dahulu mengundang Putra Sang Fajar itu berkunjung ke Rusia. Kedatangan Presiden Soekarno disambut gegap gempita oleh ribuan rakyat Uni Soviet, ketika pesawat Kepresidenan Indonesia mendarat di kota Moskow. Sekitar 150 musisi memainkan lagu Indonesia Raya, membuat Presiden Soekarno terharu (Prasetyo, 2021).
Pemerintah Uni Soviet juga menginstruksikan media elektronik (TV dan radio) menyiarkan program-program khusus tentang Indonesia. Selain itu surat kabar terbesar di Rusia memasang poster Soekarno disertai satu arikel panjang berisi tentang kepemimpinannya dalam melawan imperialisme dunia barat. Bahkan lagu-lagu Indonesia seperti Rayuan Pulau Kelapa dikumandangkan dalam bahasa Rusia, yang terus-menerus disiarkan melalui radio setiap saat (Prasetyo, 2017).
Menariknya sebelum Soekarno menyetujui untuk menghadiri undangan itu, presiden pertama Indonesia ini mengajukan satu syarat kepada Nikita Khrushchev, agar sang perdana menteri bisa menemukan makam Iman Bukhari, ahli hadis yang termasyhur di dunia Islam. Awalnya penguasa Uni Soviet ini menolak, kemudian mengirim utusannya ke Jakarta agar Presiden Soekarno mengubah syaratnya, tetapi putra sang fajar bersikukuh pada permintaanya harus dipenuhi oleh pemerintah Uni Soviet. Tidak ada pilihan lain bagi Nikita Khrushchev selain mewujudkan permintaan Soekarno tersebut (Anggoro. 2024).
Akhirnya Nikita Khrushchev menyanggupinya dengan mengerahkan intel-intel terbaik Soviet ketika itu, dan berhasil menemukan makam sang imam di wilayah Samarkand, di antara semak-semak belukar. Sekarang letak makam tersebut masuk bagian Negara Uzbekistan. Setelah itu, Presiden Soekarno berkunjung ke makam Imam Bukhari dan berdoa di sana ketika lawatannya ke Moskow dan Saint Petersburg di tahun 1956.
Makam Imam Bukhari
Israil, muazim Masjid Imam Bukhari saat ini, menjelaskan jejak sejarah dari penemuan makam itu. Kata dia, menjelang kedatangan Presiden Soekarno pada tahun 1956, kondisi makam Imam Bukhari tidak terawat serta lokasinya dipenuhi semak belukar. Pemerintah Uni Soviet pun membersihkannya untuk menyambut kedatangan Presiden Soekarno (mpr.go.id).
Wapres Ma'ruf Amin ziarah ke makam Imam Bukhari di Uzbekistan, Sumber : Matius/detikcom)
Keterangan tersebut diperkuat Muhammad Maksud, penjaga makam Imam Bukhari, yang menyatakan atas jasa presiden pertama Indonesia, komplek makam Imam Bukhari kembali ditemukan. Saat ini dipugar sehingga terlihat sangat megah. Sehingga, komplek makam seluas 10 hektar ini menjadi wisata bagi umat Islam di dunia setelah makam Nabi Muhammad SAW di Madinah (mpr.go.id)
Peran Presiden Soekarno di dalam menemukan makam Imam Bukhari diakui Wakil Presiden Indonesia (Wapres) K. H. Ma’ruf, ketika beliau berziarah ke sana pada hari Kamis, 15 Juni 2023, seperti dikutip Website Wakil Presiden Indonesia.
“Dulu ini tidak dikenal, tidak ditemukan [makam] Imam Bukhari ini. Tapi Bung Karno menyadarkan pemerintah sini [Uzbekistan] bahwa di sini ada tokoh utama, yaitu Imam Bukhari,”
“Oleh karena itu, Bung Karno [bilang] tidak akan saya datang ke sini kalau tidak dibangunkan [makam] Imam Bukhari” jelas Wapres dalam keterangan ketika meninjau Makam Imam Bukhari di Samarkand, Uzbekistan (www.wapresri.go.id)
Masjid Biru (the Blue Mosque).
Ketika Presiden Soekarno selama dua hari berkunjung ke St Petersburg yang saat itu bernama Leningrad. Kota ini dijuluki si cantik, karena kaya bangunan megah dan indah.
Di dalam mobil yang ditumpanginya Soekarno sekilas melihat bangunan unik tiada duanya di St Petersburg. Kemudian ia meminta sopir memutar kembali mobilnya untuk menepi, tetapi sang pengemudi tidak bersedia dan ia tetap mematuhi protokoler. Ia mengantarkan tamu negara hanya ke tempat telah ditentukan.
Sistem politik otoriter Uni Soviet mengarahkan warga negara tunduk, taat, dan patuh pada aturan sentralistik negara (Surya, 2012).
Blue Mosque di St. Petersburg, Rusia
Setiba di Moskow untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi di Istana Kremlin, Presiden Soekarno mengutarakan kekecewaannya, karena tidak diberikan kesempatan mengunjungi bangunan unik tiada duanya di St Petersburg. Soekarno sangat meyakini bangunan berwarna biru itu adalah sebuah masjid, dilihat dari seni arsitektur dan menara menjulang tinggi.
Satu minggu setelah Soekarno kembali ke Indonesia, pemerintah Uni Soviet akhirnya mengabarkan bangunan biru (masjid) kembali dibuka untuk beribadah umat Islam. Bangunan itu sebelumnya difungsikan sebagai gudang pasca Revolusi 1917 (Surya, 2012).
Perkiraan Soekarno ternyata benar bangunan berwarna biru itu adalah sebuah masjid yang didirikan pada 1910. Masjid Jam’ul Muslimin atau Masjid Biru (the Blue Mosque) itu persembahan Kekaisaran Tsar kepada umat Islam di sana. Ketika ituTsar menerima surat dari St Petersburg tentang permintaan pendirian rumah ibadah umat Islam, permohonan itu kemudian dikabulkan.
Pembukaan kembali Masjid Jam’ul Muslimin di tahun 1956, sampai sekarang menjadi ingatan kolektif umat Islam di St Petersburg. Presiden Soekarno dianggap berjasa telah mengembalikan cahaya Islam di Rusia setelah puluhan tahun terintimidasi sistem komunisme Uni Soviet.
Bahkan selain mendapat julukan Masjid Biru, umat Islam generasi 1950-an di Rusia sering menamainya sebagai Masjid Soekarno. Sebabnya, presiden pertama Indonesia ini berperan besar membuka kembali masjid, yang sebelumnya dijadikan gudang oleh pemerintah Uni Soviet.
Referensi Artikel
- Anggoro, A Ponco. 2024. Megawati Ziarah ke Makam Imam Al-Bukhari, Napak Tilas Jejak Soekarno (Harian Kompas, Tanggal 20 September 2024).
- Prasetyo, Sigit Aris. 2021. Sukarno dan Khrushchev Beda Ideologi Satu Hati (Tangerang, Penerbit Imania).
- Prasetyo, Sigit Aris. 2017. Dunia dalam Genggaman Bung Karno. (Tangerang, Penerbit Imania).
- Saiman, Arifi. 2019. Diplomasi Santri. (Jakarta, Pustaka Gramedia Utama).
- Surya, M. Aji. 2012. Segenggam Cinta dari Moskwa Catatan Perjalanan Di Rusia (Jakarta, Penerbit Buku Kompas).
- Surya, M. Aji. 2012. Geliat Islam di Rusia Catatan Perjalanan Diplomat Indonesia (Jakarta, Penerbit Buku Kompas).
- Tim Majalah Historia. 2018. Kennedy dan Sukarno (Jakarta, Penerbit Buku Kompas).
- Bung Karno Dibalik Penemuan Makam Imam Bukhari (https://mpr.go.id/berita/bung-karno-dibalik-penemuan-makam-imam-bukhari).
- Wapres Sebut Makam Imam Bukhari di Samarkand Miliki Keterikatan Historis dengan Indonesia (https://www.wapresri.go.id/wapres-sebut-makam-imam-bukhari-di-samarkand-miliki-keterikatan-historis-dengan-indonesia).

Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA).
0 Pengikut

Civil Society jadi Model Relasi NGO dengan Pemerintah
Rabu, 3 September 2025 09:07 WIB
Beragam Cara Melawan Oligarki Politik
Sabtu, 16 Agustus 2025 06:27 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler